Selasa, 22 November 2016

Pengaruh Tayangan Televisi

A.  Apa Pengertian Televisi?
Televisi adalah sebuah media masa yang berbentuk layar yang memberikan kepada khalayak sebuah sumber informasi, televisi menyajikan apa saja, mulai dari hal yang baik hingga yang buruk dan ada juga yang mengatakan bahwa televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, apalagi bagi anak-anak, kaum remaja, kaum ibu, dan jenis media ini, sebagai media, audio visual, tidak membebani banyak syarat bagi masyarakat untuk menikmatinya.
Telaah yang cukup banyak tentang televisi pada umumnya cenderung kepada kesimpulan bahwa medium televisi ini melebihi kemampuan media masa lainya dalam mempengaruhi sikap maupun prilaku khalayak. Kelebihan televisi dalam mempengaruhi perilaku khalayak, yaitu menurut pandangan–pandangan tersebut, berkat watak keteknikannya bercirikan gejala-gejala berikut ini:
1.         Bersifat lihat dengar (audiovisual)
2.         Cepat mencapai khalayak yang relatif tidak terbatas jumlahnya
3.        Televisi menghimpun dalam dirinya gejala komunikasi radio, film (gambar hidup), komunikasi tertulis, potret diam, serta kode analogik dan kode mediator lainnya.
4.        Televisi memiliki ciri-ciri personal yang lebih besar dari media masa lainya, atau menyerupai komunikasi tatap muka.
Ciri–ciri tersebut berkembang pengertian bahwa siaran televisi seakan-akan  memindahkan realitas kehadapan penonton, dan seakan –akan penonton terlibat secara langsung atau hadir sendiri pada peristiwa tersebut meskipun kejadian dan tempat itu mungkin sangat jauh dari penonton. Sering kali peristiwa yang di liput oleh televisi tiba pada khalayak pada peristiwa itu sedang terjadi (akutalitas objektif), sehingga derajat keterlibatan penonton dan kejadian-kejadian yang bersangkutan sangat besar (optical identification dan psychological identification).
Penelitian ini mencoba mengindentipikasikan bahwa medium televisi yang banyak memberikan informasi sering kali tidak sesuai bahkan bertentangandengan harapan mereka.
Demikian pula banyak pendapat yang mengatakan, bahwa penonton televisi menjadi saksi visual tentang bermacam-macam kejadian yang timbul di sekeliling dunia. Televisi pada hakikatnya berfungsi juga memindahkan realitas dari satu tempat ketempat yang lain.
Televisi dapat diibaratkan seperti “karena melihat maka percaya” (seeing is believing) dan “one ficture worth thousand words.” Sangat menunjang peranan televisi untuk menarik kepercayaan masyarakat (Nicholas Jonhson, 1980).
Karena televisi dan film hanya menghasilkan lembaga-lembaga elektronik yang berwujud pictorial (gambar) dan suara, maka peranan kode yang diutarakan tersebut memang sangat penting. Proses pembentukan lambang komunikasi melalui medium massa televisi harus berlangsung dalam dua tahap, dimana terjadi penghasilan dari pikiran-pikiran yang abstrak. Di balik itu “kontak” antara system media massa khususnya televisi, dan pranata komunikasi tradisional dapat pula membawa implikasi perubahan.
Elektronik memang berperan penting dalam memenuhi kebutuhan informasi. Melalui media televisi yang melalui hasil dari perkembangan elektronik komunikasi, kebutuhan informasi dapat terpenuhi sehingga kita dapat menerima informasi dengan mudah, cepat, dan lengkap. secara ponetik kata televisi berasal dari dua suku kata yang berbeda asal bahasanya, yakni tele (Bahasa Yunani) yang berarti jauh dan visi atau vision (bahasa inggris) yang berarti penglihatan. Jadi, televisi mempunyai arti “melihat jauh”.
Maksudnya, melalui televisi kita dapat melihat gambar dan mendengarkan suara secara bersamaan. Sebenarnya gambar dan suara tersebut di produksi di tempat yang berlainan. Disinilah terlihat bahwa jarak, ruang, dan waktu bukan halangan bagi manusia mendapat informasi secara langsung sebelum televisi di temukan, teknologi tercepat untuk mendapatkan informasi adalah radio. Dari radio kita hanya mendapatkan informasi melalui suara.
Memang tidak ada salahnya kita menonton televisi, yang salah adalah ketika kita telah tertipu mentah-mentah oleh tayangan murahan yang bernilai, yang pada akhirnya akan menguras waktu produktifitas kita waktu potensial untuk berkarya. Untuk itu, perhitungkan untung ruginya, manfaat dan mudharatnya, jangan sampai kita terbius oleh serunya jalan cerita. Kita tahu bahwa tayangan televisi  akhir-akhir ini lebih banyak berakibat  pada kekerasan, ponografi dan horror.  
Dimana tayangan tersebut tanpa disadari akan melemahkan syaraf-syraf kenormalan dalam beretika. Sehingga yang terjadi menonton televisi, bukan saja waktu yang terbuang dengan sia-sia, tetapi perlahan-lahan menuju dekandensi moral yang sulit tertanggulagi jika televisi itu kurang kita manfatkan sebagai sumber informasi.
Maka dari banyak anak-anak, kaum remaja, dan kaum ibu yang terpengaruh oleh tayangan televisi, yang berpengaruh negatif dan akhirnya mengikuti adegan-adegan, gaya berpakaian yang seharusnya tidak mereka tonton dan diikuti oleh mereka.
Dan untuk menonton TV, cukup 40-45 menit untuk mengurangi dampak negatifnya, hera menganjurkan bahwa batas menonton televisi sekitar 40-45 menit bagi usia 2-3 tahun dengan didampingi oleh orang dewasa ketika menonton. Dari berbagai sejarah, kita bisa melihat hal itu, mulai dari sinetron bertema etnik, komedi, misteri, sampai religi yang penomenal. Selagi masih diminati masyarakat program tersebut akan didengar sampai masyarakat muntah-muntah, dan mengalami apa yang dikatakan titik jenuh.
Memasuki abad ke 21 televisi menjadi media primadona bagi hampir semua lapisan masyarakat, baik itu orang tua maupun anak muda wanita maupun peria, mereka yang tinggal di pesisir pantai maupun yang tinggal jauh dipelosok-pelosok kampung. Julukan sebagai “window of the word” menjadi kenyataan, karena kemampuanya membawa banyak peristiwa yang terjadi diantero dunia ke dalam rumah tangga tanpa mengenal kelas.
Daya tarik medium televisi yang dipandang sebagai penggerak perubahan, juga telah memengaruhi pikiran para pengambil kebijakan di Indonesia dengan di ambilnya sebagai stasiun televisi.
B.  Apa Pengertian Anak
Anak adalah amanah bagi Ayah dan Bundanya, hatinya suci ibarat permata murni yang bernilai tinggi. Ia bisa di ukir dan diarahkan kemana saja, jika anak dibiasakan dan dibesarkan dengan kebaikan, lalu mendapatkan kebahagiaan didunia dan akhirat, maka Ayah Bunda dan para pendidiknya mendapat pahala dari kebaikannya. Namun, jika ia dibiasakan dengan keburukan lalu ia celaka, maka Ayah Bunda dan para pendidiknya menanggung dosa keburukan.
Anak-anak bagaimanapun juga adalah amanah, titisan berharga dari Allah kepada kita, para orang tua. Mereka terlahir dengan fitrahnya yang penuh kebaikan tidak ada anak-anak yang terlahir dengan niat membangkang pada orang tuanya. Tidak ada anak-anak yang terlahir dengan maksud melukai ayah bundanya. Tidak ada anak yang terlahir bercita-cita untuk menjadi anak nakal dan bermasalah.
Tapi mengapa sekarang anak-anak justru banyak yang dituduh menjadi sumber masalah keluarga? Apakah karena terpengaruh teman-temanya? Ataupun terpengaruh oleh media seperti televisi dan internet? Atau justru pada kelainan para orang tua dalam mendidik atau mengasuh mereka
Cukup satu nasihat dari Rasulullah SAW ini sebagai pengikat kita semua, para orang tua.
Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia dengan kesucian (fitrah).
Menurut beliau, anak mampu menerima hal-hal yang baik maupun buruk. Pernyataan ini mengingatkan kita kepada pesan Rasulullah SAW, yang berbunyi : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Ayah Bundanyalah yang mengubahnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. (HR Bukhari Muslim)”.
Selanjutnya, Imam Gojali menambahkan “Biasanya watak seseorang itu. Ibarat melambung asalnya sehat, lalu terserang penyakit lantaran makanan atau kondisi (tubuhnya) begitu pula anak yang baru lahir dari Rahim Ibunya. Ia lahir dalam kondisi suci. Namun, Ayah Bundanyalah yang menjadikan Nasrani, Yahudi, atau Majusi.
Dengan pernyataan ini, beliau ingin menjelaskan batas antara pengaruh karakter bawaan dan pendidikan. Karena, hasil proses pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh cara mendidik saja. Namun, hasil ini dipengaruhi oleh karakter bawaan anak. Pendapat beliau ini sejalan dengan pendapat para ahli psikologi modern.
Lebih jauh lagi, beliau menegaskan adanya perbedaan gen dan karakter bawaan pada setiap individu. Perbedaan ini terbentuk secara alami. Jadi, proses pendidikan hendaklah memperhatikan perbedaan tersebut. Tujuannya, agar anak tidak dijejali dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya, atau melebihi kapasitas kemampuan otaknya. Tindakan yang tidak sesuai ini bisa memicu stress pada anak.
Oleh sebab itu, alangkah baiknya setiap selalu meng upgrade pengetahuannya dalam proses pendampingan tumbuh kembang anak. Ingatlah selalu bahwa mendidik anak adalah amanat yang berat. Saking beratnya, ketika Allah menawarkannya kepada gunung, langit, yang tidak bisa menawarkan amanat dari Allah SWT.
C.  Apa Pengertian Perkembangan
Dalam Psikolog, istilah perkembangan mengacu pada konsep yang digunakan untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang ada dan bekerja pada diri organisme atau individu tersebut.
Jadi, kalau kita berusaha memahami kondisi atau kekuatan kekuatan yang menjadi penggerak dan pengarah tingkah laku seseorang anak, berarti kita sedang memplejari motivasi. Juga kalau kita berusaha menemukan cara-cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tingkah laku seorang anak, berarti kita juga sedang mempelajari motivasi.
Pada bagian ini, penulis tindak hendak berteori. Penulis akan langsung pada kasus-kasus yang penulis dijumpai. Terutama kasus-kasus anak-anak penulis sendiri.
Suatu ketika, Hasbi, anak pertama yang masih kelas satu sekolah dasar, terlihat lesu. Bahkan dalam arti fisik. Sebagai orang tua, merasakan kesedihan itu. Tedorong rasa kasihan dua cinta, Beberapa kali saya mendesak anak tersebut untuk menceritakan masalahnya. Tapi ia diam seribu bahasa
D.  Apa Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Anak
Selain Sebuah Media Masa Yang Memberikan Sumber Informasi Ternyata Televisi Memiliki Pengaruh Terhadap Anak.
Coba anda stel TV dirumah, tentu anda akan melihat tayangan-tayangan film barat (juga film Indonesia) tentang perilaku kekerasan anak-anak menyaksikan tayangan tersebut cenderung meniru sehingga mereka berprelaku agresif yang akan ia cobakan kepada saudara dan temannya. Demikianlah dugaan banyak orang bahwa ia ada efek negatif TV terhadap perilaku agresif anak-anak. “THE NATIONAL COMMISION ON THE CAUSES AND PREVENTION OF VIOLENCE” (Komisi Nasional As tentang sebab-sebab dan perlindungan tindakan kekerasan) (1969) menyimpulkan tentang pengaruh TV.
Pendapat diatas jelas sekali membela bahwa media massa bukanlah bidang keladi, (penyebab) perilaku kekerasan pada anak-anak dan remaja. Pendapat ini kurang disetujui terutama dari kalangan pendidik. Namun banyak juga orang yang setuju dengan kesimpulan Komisi Nasional AS diatas, bahwa factor-faktor penyebab perilaku agresif lebih banyak dari luar media massa. Ada juga pandangan yang dikemukakan disini.
Pandangan Katarisis, mengemukakan bahwa tindakan agresif dapat dikurangi juga bersangkutan menonton tayangan-tayangan film kekerasan. Menurut mereka menonton tayangan TV dengan adegan kekerasan, penyiksaan, pemerkosaan, kecenderungan, dan pembunuhan dapat menyalurkan nafsu agresivitas sehingga kecenderungan agresif akan berkurang.
Pandangan Non-Signifikasi, mengatakn bahwa tayangan berbagai perilaku kekerasan dalam media massa khususnya TV, tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap penonton atau seorang individu adalah karena situasi tertentu yang mempengaruhi kepribadian, seperti frustasi yang dialami agak lama, kehidupan masa lalu yang diwarnai lingkunag agresif misalnya pretengkaran orang tua atau tetangga.
1.    Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Anak
Data yang dirilis komisi perlindungan anak indonesi (KPAI) pada tahun 2012 sungguh mengejutkan, sebanyak 91% anak menjadi korban kekerasan di lingkungan keluarga, 87,6% anak menjadi korban kekerasan di sekolah, 80,2% anak menjadi korban kekerasan di lingkungan masyarakat, dan 78,3% anak menjadi pelaku kekerasan. Dan yang lebih mengejutkan, banyaknya kekerasan yang dilakukan anak-anak ternyata disebabkan karena mereka terinspiransi oleh tayangan televisi. Pengaruh TV lebih dasyat ketimbang prilaku orang tua dan media cetak. Demikian perwakilan wakil ketua komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI).
Masalahnya, mengapa anak –anak menjadi begitu tertarik kepada televisi bahkan kecanduan? Secara fisik memang televisi memiliki keunggulan dibanding media lain. Perpanduan audio dan visual yang bergerak secara dinamis tentu lebih menarik daripada media lain yang statis seperti buku, koran atau majalah. Tak heran bila anak-anak lebih memilih menonton televisi daripada membaca.
2.    Pengaruh Yang Besar Terhadap Kegiatan Penyebaran Informasi
Salah satu dampaknya adalah yaitu masuknya nilai-nilai asing secara disadari atau tidak disadari telah memberi pengaruh langsung maupun tidak langsung kepada anak atau bangsa. Walaupun belum ada bukti empiris secara lagsung bahwa nilai-nilai asing tersebut seluruhnya memberikan dampak negatif abagia anak atau bangsa, namun jika tidak dilakukan upaya antasipasi apapun, bukan tidak mungkin dimasa depan nanti bangsa ini akan menjadi bansa yang berpendirian lemah serta sangat mudah hanyut oleh hiruk pikuknya dinamika globalisasi, dan pada akhirnya akan mudah dikendalikan oleh bangsa lain.
3.    Pengaruh tayangan televisi pada hasil belajar anak
Berbagai riset medis membuktikan bahwa anak-anak yang duduk lama didepan computer atau televisi akan mengalami kesulitan untuk mengkonsentrasikan mata .
Kenyataan bahwa kebiasan bermain game elektronik atau menonton televisi menyebabkan tidak memperhatikan pelajaranya. Ini yang di amati para peneliti tentang adanya hubungan antara lamanya menonton televisi dengan berkurangya kemampuan belajar. Empat riset modern yang dilakukan oleh akademi kesehatan otak anak di amerika serikat membuktikan bahwa empat hubungan negatif yang kuat antara menonton televisi dan prestasi belajar.
Nicholas Van Rike, ketua majelis nasional anak dan televisi di amerika serikat mengatakan bahwa televisi bisa menjadi musuh anak-anak dan bisa menjadi hadiah indah bagi mereka. Menonton TV secara sembarangan dapat merampas sebagian besar usaha anak dan menyia-nyiakan waktu penting yang seharusnya dihabiskan untuk belajar, bermain, dan tidur.
Sebagian besar orang tua membolehkan anak-anaknya menyelesaikan tugas-tugasnya sambil dengan menonton acara televisi. Namun, sebagian besar pendidik yang bahwa  meskipun anak dapat menyelesaikan tugasnya didepan televisi, tetapi terpecahnya konsentrasi menghalangi anak untuk mengambil manfaat dari bahan bacaanya. Karena membaca yang bersifat prosesif yang disebut dengan berfikir dedukatif membutuhkan konsentrasi lebih besar agar bisa menghasilkan kesimpulan, membentuk hukum dan penafsiran, dan membangun pemikiran baru dalam otak anak. Ini adalah faktor penting yang membentuk kebiasaan membaca yang benar.
4.    Chanel –Chanel Televisi Satelit Memperogram Akal Anak
Faiz at-Talawi, professor ilmu Sosial di Universitas Nasional An- Najah mengatakan bahwa informasi saluran televisi satelit itu sudah paten, terbentuk, dan ditemukan dalam rangkaian acara tertentu, sehingga tidak dapat membantu mengembangkan jiwa imajinasi dan inovasi pada anak-anak. Dia menambahkan bahwa saluran-saluran televisi satelit memiliki kemampuan untuk merubah pandangan anak terhadap kehidupan sekitar mereka dengan terus menonton acara-acara tertentu. Pemahaman itu akan terus tertanam kuat dalam otak mereka dan akhirnya merubah sikap mereka terhadap orang dan pandangan mereka terhadap permasalahan yang ada, yang kemudian mengubah penilaian dan sikap mereka terhadap saluran televisi tersebut. Dr. At-Talawi menegaskan bahwa perubahan sikap dan orientasi tidak saja terjadi terhadap orang lain dan permasalahan yang ada, tetapi mencakup nilai dan perilaku. Dengan kata lain itulah sumber bahaya yang sebenarnya.
Mengenai cara bagaimana sarulan parabola dapat mempengaruhi prilaku dan nilai-nilai yang dimiliki anak-anak, Dr. At-Talawi mengatakan, “seorang anak menjustifikasi sebagai hal itu baik atau buruk melalui informasi yang diambil dari lingkungan sekitarnya. Karena anak menghabiskan sebagian besar waktunya dengan menonton saluran parabola maka ia dengan tidak sengaja akan mendapatkan justifikasi terhadap beberapa hal sesuai dengan justifikasi dan tayangan yang dinikmatinya.
Padahal tayangan yang diperlihatkan oleh seluruh televisi tidak kurang dari music dan sinetron yang berisi tentang adegan kekerasan, percintaan, pertengkaran, dan intrik-intrik untuk menjahati orang lain. Tentu hal ini akan sangat mempengaruhi prilaku anak dimasa depan.
Oleh karena itu, Dr, Sa,diyah Bahwar, ahli ilmu anak menegaskan bahwa orang tua harus membayar mahal jika anaknya telah terkena pengaruh acara-acara televisi yang tidak baik untuk anak juga orang dewasa, sebagai program acara televisi mengandung tayangan yang memperindah kebiasan-kebiasan buruk seperti mengucapkan kata kata kotor, bahasa slang (bahasa gaul), meroko mengkonsumsi minuman keras, narkoba, pacaran, hubungan sesama jenis. Masalah yang bukan hanya terdapat pada acara, tetapi juga dalam iklan-iklan  yang hadir, yang sebagian besar memanfaatkan tubuh wanita, sugesti seksual, dan promosi barang. Dr, Chasan ‘Ali, 43 tahun, ayah dari beberapa anak berkata, “anaku yang paling kecil berusia 7 tahun, meskipun tidak pernah absen satu jam pun dalam menonton televisi, ia tetap bisa berhasil dalam pelajaranya dan mengurangi menonton beberapa tayangan parabola, khususnya film kartun yang mengendalikan otaknya, tetepi saegala bentuk usaha kami selalu gagal.
Seorang ayah mengkritisi program acara  TV yang di tayangkan oleh seluruh parabola, karena tidak da sensor dan sering menyangka acara yang tidak beradab. Ayah tersebut menjelaskan bahwa ada stasiun-stasiun televisi yang menyiarkan acara khusus anak yang isinya tidak sesuai dengan daya piker anak, seperti kisah-kisah cinta dan beberapa cuplikan perbuatan yang senonoh yang dapat menghancurkan prilaku dan akhlak anak.
Sekalipun ini ada puluhan channel stasiun televisi lokal, penonton pun bebas memilih acara yang mereka suka, tidak ada pembatasan tayangan yang jelas antara acara anak-anak dengan acara orang dewasa. Anak–anak bebas menonton sinetron percintaan dan kekerasan pada siang bolong. Acara anak-anak juga sering dibumbui cerita ala orang dewasa, seperti naksir pada teman perempuanya ataupun ucapan-ucapan kasar. Maka jadilah anak-anak karbitan, anak yang matang sebelum waktunya.
Begitu pula untuk pembatasan usia dan waktu tayang, stasiun-stasiun TV kita cenderung biasa dan tidak jelas. Tidak dapat dibedakan secara tegas antara acara untuk komsumsi anak-anak dan dewasa, sebagai contoh disalah satu stasiun TV swasta Indonesia pernah ada salah satu sinetron berjudul “Aladin”, dalam sinetron ini (yang sepertinya mengambil ide dari dongeng dari negri 1001 malam ) digambarkan terdapat tokoh aladin dan jasmine. Hanya saja mereka masih menggunakaan seragam SD. Nampaknya sinetron ini mendidik konsumen anak-anak, namun kemudian jika dititik dari alur cerita dan adegan-adegan di dalamnya yang banyak mengandung kenakalan dan kekerasan. Rasanya tidak pantas untuk dikomsumsi anak-anak. Darisinilah Nampak ketidak jelasan, sinetron ini untuk komsumsi siapa anak-anak atau orang dewasa.
Hal seperti ini banyak sekali kita temukan dalam tayangan-tayangan di televisi kita. Belum lagi penayangan film atau sinetron komsumsi orang dewasa pada jam-jam dimana anak-anak masih beraktifitas, saat mereka bermain atau belajar, tentu hal itu sangat menggangu dan merusak.

Konsentrasi atau fokus dapat meningkatkan daya ingat otak manusia. Orang yang terbiasa berkonsentrasi dan fokus akan mudah mengingat hal-hal yang sedang d lihat, dengar, dan persepsikan. Konsentrasi merupakan salah satu kondisi pikiran yang fokus terhadap satu sobjek tertentu yang sedang dalam bidikan pikiran. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar