A.
Pengertian orang tua
Orang
tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan
hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah
keluarga.
Dan
orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sebagai pendidik
pertama dan utama, orang tua wajib membantu mengembangkan seluruh potensi
jasmani, rohani, maupun akalnya. Pengembangan potensi tersebut dapat diperoleh
melalui pendidikan. Sebagaimana yang dinyatakan dalam surat At-Tahrim [66]: 6
Allah SWT berfirman:
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3‹Î=÷dr&ur #Y‘$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou‘$yfÏtø:$#ur
$pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#y‰Ï© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ
“Hai
orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.
Berdasarkan
ayat tersebut berarti orang tua wajib memelihara dan mendidik anak sejak usia
dini. Memeihara dan mendidik anak tentu harus dengan ilmu pengetahuan agar kelakmereka
terpelihara dari api neraka.
Pendidik
dalam membantu anak menjadi manusia hendaknya mengarahkan integrasi
berkembangnya potensi keimanan, daya pikir, dan akhlak mulia. Proses membantu
anak dalam mengembangkan seluruh potensi tersebut tentu tidak dapat dipikul
sendiri oleh orang tua sebagai pendidik pertama dan utama. Untuk pendidikan
lebih lanjut anak dibantu oleh pendidik pendamping pada lembaga pendidikan
formal sejak jenjang pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi. Namun pada
umumnya dimasyarakat pengertian orang tua adalah orang yang telah melahirkan
kita yaitu ibu dan bapak. Selain melahirkan kita didunia ini, ibu dan bapak
juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara yang baik
dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah
memperkenelkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat didunia ini dan menjawab
secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengertioleh anak. Jadi orang tua
atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas
pendidikan anak-anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada
disampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya seorang
anak lebih cinta pada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik
dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak yang
menjadi temannya dan yang pertama untuk dipercayainya.
Orang
tua harus berperan aktif dalam mengarahkan, membimbing dan menstimulasi anak
agar ia memiliki tingkat kecerdasan yang lebih baik, dan mencukupi kebutuhan
psikologis anak. Dalam hal ini orang tua wajib memberikan bimbingan dan arahan
berupa pendidikan yang baik dan bermanfa’at, sehingga anak memiliki mental dan
kepribadian yang baik. Jadi sebagai orang tua harus berusaha memberikan
rangsangan dan latihan-latihan berharga. Latihan-latihan akan membuatnya merasa
nyaman dan percaya diri. Dan ia pun tidakakn merasa minder dan takut.
Orang
tua yang bertanggung jawab tentunnya mampu mengenal setiap
perubahan yang terjadi dalam diri anak-anaknya. ia mengenal sekali
setiap karakter dan kebiasaan anak-anaknya setiapharinya. Bila ada yang berbeda
pada sikap dan tingkah lakunya, berarti ada sesuatu yang terjadi. Orang tua
yang bijak segera tanggap dan tidak membiarkan terjadinya perubahan. Hendaklah
orang tua menanyakan apa yang terjadi. Bila kebaikan, maka orang tua harus
mengingatkan anaknya untuk bersukur dan mawas diri. Bila keburukan yang
terjadi, maka orang tua harus menasihatinya, memberi saran agar tetap tabah dan
sabar. Seorang anak yang diperlakukan demikian bijak oleh orang tuanya, akan
merasa berbangga karena mempunyai orang tua yang cepat tanggap dan perhatian.
Anakpun tidak sungkan-sungkan bertukar pikiran dan meminta saran terhadap
permasalahan yang dihadapi.
Orang
tua yang tanggap dan peka serta perhatian kepada setiap tingkah laku
anak-anaknya, juga menjadikan anak-anaknya lebih terbuka, tidak menutupi diri
dan mau berterus terang. Kalau sudah demikian, maka komunikasi yang harmonis
antara orang tua dan anak akan terjalin erat. Selanjutnya, orang tua mudah
memberikan pendidikan moral dan agama terhadap anak-anaknya.[1]
B.
Pengertian Perkembangan
Perkembangan
adalah suatu proses pematangan majemuk (komprehensif) yang berkaitan dengan
aspek diferensiasi bentuk atau fungsi termasuk juga perubahan pada aspek sosial
dan emosional yang pasti dialami oleh setiap individu. Dalam proses
perkembangan anak yang terkait atau berhubungan adalah aspek non fisik seperti
kecerdasan, tingkah laku, emosi, pemikiran dan aspek non fisik lain nya.
Dalam
ilmu kesehatan anak, perkembangan anak diartikan sebagai semua aspek kemajuan
yang dicapai oleh jasad atau tubuh manusia yang dimulai dari semenjak konsepsi
atau pembentukan janin, anak kecil hingga usia dewasa. Perkembangan ini adalah
proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan seorang
individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta sistematis
didalam diri manusia sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan
pula sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu menuju tingkat
kedewasaan atau kematangannya.
Seorang
individu mengalami perkembangan sejak masa konsepsi, sertaakan berlangsung
selama hidupnya. Maka dengan kata lain dapat kita artikan bahwa sepanjang hidup
kita merupakan suatu rangkaian proses yang terus berlanjut, proses tersebut meliputi
perkembangan (development),
pertumbuhan (growth), serta
kematangan (maturation) baik pisik
maupun psikis. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi
dalam cara yang dinamis sepanjang siklus kehidupan. Sehingga selama proses
bertambahnya usia, maka selama itulah proses perkembangan akan terus berjalan.
Adapun ciri-ciri perkembangan secara umum:
1. Terjadinya perubahan dalam aspek fisik
(perubahan berat badan dan organ-organ tubuh), dan aspek psikis (matangnya
kemampuan berfikir, mengingat, dan berkreasi).
2. Terjadinya perubahan dalam
proporsi: aspek fisik (proporsi tubuh
anak berubah sesuai dengan fase perkembangannya), dan aspek psikis (perubahan
imajinasi dari fantasi kerealitas).
3. Lenyapnya tanda-tanda yang lain:
tanda-tanda fisik (lenyapnya kelenjar thymus, kelenjar anak-anak, bertambahnya
usia), aspek psikis (lenyapnya gerak-gerik kanak-kanak dan prilaku impulsif).
4. Diperolehnya tanda-tanda yang baru:
tanda-tanda fisik (pergantian gigi dan karakter seks pada usia remaja),
tanda-tanda psikis (berkembangnya rasa ingin tahu tentang pengetahuan, moral,
interaksi dengan lawan jenis).[2]
C.
Pengertian Mental
Secara
sederhana mental dapat dipahami sebagai sesuatu yang berhubungan dengan batin
dan watak atau karakter, tidak bersifat jasmani (badan). Maksudnya adalah
sesuatu yang berhubungan dengan pikiran. Mental ialah hal-hal yang berkaitan
dengan kejiwaan yang dapat mempengaruhi prilaku individu. Setiap prilaku dan
ekspresi gerak-gerik individu merupakan dorongan dan cerminan dari kondisi
(suasana) mental.
Pengertian
lain “mental” adalah yang berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau proses
yang berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan. Seperti lupa, malas
berfikir, tidak mampu berkonsentrasi, serakah, tidak dapat mengambil suatu
keputusan yang baik dan benar. Bahkan tidak mempunyai kemampuan untuk
membedakan yang benar dan yang salah.
Dari
sini dapat ditarik pengertian yang lebih signitif bahwa mental itu terkait
dengan, akal (pikiran), jiwa, hati (qalbu), dan etika (moral, serta tingkah laku). Kondisi mental tersebut bisa
digolongkan dalam dua bentuk yaitu, kondisi mental yang sehat, dan kondisi
mental yang tidak sehat. Kondisi mental yang sehat akan melahirkan
pribadi-pribadi normal. Pribadi yang normal ialah bentuk tingkah laku individu
yang tidak menyimpang. Dan pribadi yang normal akan menunjukan tingkah laku
yang serasi, tepat, dan bisa diterima oleh masyarakat secara umum. Kondisi
mental yang tidak sehat ialah adanya tingkah laku seseorang atau individu yang
sangat mencolok dan sangat berbeda dengan tingkah laku umum yang ada
dilingkungnnya, atau disebut juga dengan prilaku-prilaku menyimpang. Jadi
pribadi yang normal dan mental yang sehat ini bisa dirasakan pada kondisi diri
kita atau kondisi perasaan kita yang stabil, tidak banyak memendam konflik
internal, suasana hati yang tenang, dan kondisi jasmani yang selalu sehat.
Pada
dasarnya untuk mengetahui apakah seseorang atau individu sehat mentalnya atau
tidak (terganggu mentalnya) tidaklah mudah diukur dan diperiksa dengan
alat-alat seperti halnya pada penyakit jasmani, akan tetapi yang menjadi ukuran
adalah merasakan diri kita sejauh mana kondisi perasaan kita apakah sudah
melampaui batas kewajaran atau rasa bersedih, kecewa, pesimis, dan lain
sebagainya. Dan seseorang atau individu yang terganggu kesehatan menttalnya,
bisa dilihat pada tindakannya, tingkah lakunya atau ekspresi perasaanya. Mental
yang sehat itulah yang menentukan tanggapan atas dirinya terhadap setiap
persoalan, dan kemampuan untuk beradaptasi, dan mental yang sehat pulalah yang
menentukan apakah seseorang atau individu memiliki gairah untuk hidup atau
justru mereka pasif dan tidak bersemangat bahkan memiliki ketakutan untuk
hidup.
Dengan
demikian mental ialah hal-hal yang berada dalam diri seseorang atau individu
yang terkait dengan psikis atau kejiwaan yang dapat mendorong terjadinya
tingkah laku danmembentuk kepribadian, begitu juga sebaliknya mental yang sehat
akan melahirkan tingkah laku maupun kepribadian yang sehat pula.[3]
D.
Pengertian Anak
Anak
adalah anugrah terindah sekaligus amanah yang Allah berikan kepada setiap orang
tua. Sebagai anugrah, orang tua hendaknya memperhatikan kebutuhan dan
perkembangan anak-anaknya, agar mereka tumbuh menjadi anak yang sehat, baik
jasmani dan rohani, dan berakhlaqul
karimah serta memiliki intelegensi yang
tinggi.
Sedangkan
sebagai amanah, maka anak mesti dirawat dan dijaga serta dididik agar tidak
terjerumus dalam lubang nestapa, jurang kehinaan, dan bahkan tidak terjerumus
pada api neraka. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam firman-Nya:
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw ö/ä3Îgù=è? öNä3ä9ºuqøBr& Iwur öNà2߉»s9÷rr& `tã Ìò2ÏŒ «!$# 4
`tBur ö@yèøÿtƒ y7Ï9ºsŒ y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbrçŽÅ£»y‚ø9$# ÇÒÈ
“Hai
orang-orang yang beriman, jagalah hartamu dan anak-anakmu agar tidak melalaikan
kamu dari mengingat Allah, siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang
yang merugi.” (QS. Al-Munafiqun: 9)
Selain
sebagai anugrah dan amanah, Al-Qur’an telah mengklasifikasi kedudukan anak
menjadi beberapa kategori, antara lain:
1.
Anak Sebagai Rahmat
Rahmat
artinya kasih sayang. Salah satu rahmat Allah yang diberikan kepada orang tua
adalah ia dikaruniai anak. Anak yang saleh salehah itu merupakan rahmat Allah
dan anugrah yang tak terkira, yang nilainya tidak akan tergantikan oleh apapun.
Semua orang mendambakan anak yang saleh ini, karena hanya dari anak yang saleh
inilah yang akan mengangkat derajat kedua orang tuanya, hingga mencapai derajat
yang tinggi disisi Allah SWT.
Allah
SWT, berfirman dalam Al-Qur’an:
uqèd “Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oy‰Ïnºur Ÿ@yèy_ur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry— z`ä3ó¡uŠÏ9 $pköŽs9Î) ( $£Jn=sù
$yg8¤±tós? ôMn=yJym ¸xôJym $Zÿ‹Ïÿyz ôN§yJsù ¾ÏmÎ/ ( !$£Jn=sù Mn=s)øOr& #uqt㨊 ©!$# $yJßg/u‘
÷ûÈõs9 $oYtGøŠs?#uä $[sÎ=»|¹ ¨ûsðqä3uZ©9 z`ÏB šúïÌÅ3»¤±9$# ÇÊÑÒÈ
“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang
satu dan dari padanya Dia menciptakan istrinya, agar Dia merasa senang
kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang
ringan, dan teruslah Dia merasa ringan (Beberapa waktu). kemudian tatkala Dia
merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya
berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi Kami anak yang saleh, tentulah
Kami termasuk orang-orang yang bersyukur". (QS. Al-A’raf: 189).
Allah
yang telah menganugrahkan akan anak merupakan rahmat yang diberikan-Nya,
merupakan suatu nikmat dan rezeki bagi orang tuanya. Karena kedatangan anak
ditengah keluarga dapat menambah kebahagiaan keluarga dan menambah rezeki bagi
orang tuanya. Sebagai bentuk syukur atas kelahiran anak, maka dalam islam
dianjurkan untuk menyembelih aqiqah,
bagi anak laki-laki dua ekor kambing (domba) sedangkan bagi anak perempuan satu
ekor domba, kemudian mencukur rambut danmemberikan nama dengan nama yang baik.
Hal
ini sebagaimana disabdakan dalam hadits Nabi Muhammad SAW; yang artinya “Anak yang baru lahir menjadi rungguhan
sampai disembelihkan baginya aqiqah pada hari ketujuh dari lahirnya, dan diberi
nama (yang baik)” (HR. Ahmad dan Tirmidzi). “bagi anak laki-laki dua ekor kambing yang mencukupi (yang sama umurnya
dan sama bentuknya), dan bagi anak perempuan satu ekor kambing.” (HR. Ahmad
dan Tirmidzi dari Aisyah).
2.
Anak Sebagai Amanah
Selain
menjadi rahmat dan anugrah yang tidak ternilai bagi keluarga, anak juga
merupakan amanah. Sebagai amanah berarti anak merupakan titipan dari Allah yang
haru dijaga, karena pada saatnya nanti anak yang diamanahkan itu akan dimintai
pertanggung jawabannya dihadapan Allah SWT.
Anak
merupakan amanah yang Allah titipkan kepada kita. Maka jaga, bimbing, didik dan
prliharalah agar ia menjadi anak yang saleh yang selalu mendo’akan kedua orang
tuanya. Dan menjadi anak yang selalu sujud dan ruku kepada Allah sebagai
penciptanya.maka dengan demikian, karena anak sebagai amanah yang Allah
titipkan kepada kita, maka sebagai orang tua wajib memelihara anaknya agar
tidak terjerumus pada jalan yang dimurkai Allah SWT.
3.
Anak Sebagai Musuh
Anak
dapat menjadi musuh bagi orang tuanya, hal ini sebagaimana dijelaskan dalam
firman Aallah SWT, dalam Al-Qur’an:
$pkš‰r'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä žcÎ) ô`ÏB öNä3Å_ºurø—r& öNà2ω»s9÷rr&ur #xr߉tã öNà6©9
öNèdrâ‘x‹÷n$$sù 4 bÎ)ur (#qàÿ÷ès? (#qßsxÿóÁs?ur (#rãÏÿøós?ur cÎ*sù ©!$# Ö‘qàÿxî íO‹Ïm§‘ ÇÊÍÈ
“Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu
ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan
jika kamu mema’afkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka
sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. At-Taghabun:
14).
Berdasarkan
pada ayat diatas, maka orang tua (ayah dan ibu) dituntut untuk lebih
berhati-hati dan waspada terhadap anaknya sendiri, karena sebagian anak juga
dapat menjadi musuh orang tua. Ayat diatas memang tidak menyebutkan semua anak,
tetapi sebagian dari anak. Artinya, dituntut peran ekstra orang tua, terutama
seorang anak agar anaknya tidak menjadi seorang musuh yang menghalanginya dari
menjalankan tugasnya kepada Allah baik untuk beribadah maupun tugas
kemasyarakatan didunia. Jika orang tua salah dalam membimbingdan mendidik
anak-anaknya, maka anak tersebut (bisa saja) dapat menjadi musuh bagi orang
tuanya sendiri yang akan menghalanginya dari beribadah kepada Allah SWT.
4.
Anak Sebagai Perhiasan
Sebagai
anugrah yang tak terkira, anak merupakan sebuah amanah dan sekaligus sebagai
perhiasan bagi kedua orang tuanya. Telah dijelaskan dalam Al-Qur’an:
ãA$yJø9$# tbqãZt6ø9$#ur èpuZƒÎ— Ío4quŠysø9$# $u‹÷R‘‰9$# ( àM»uŠÉ)»t7ø9$#ur àM»ysÎ=»¢Á9$# îŽöyz y‰ZÏã y7În/u‘
$\/#uqrO îŽöyzur WxtBr& ÇÍÏÈ
“Harta
dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal
lagi saleh adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi: 46)
Demikian
halnya dengan anak. Anak-anak juga merupakan perhiasan dunia. Seperti halnya
harta, disatu sisi ia bisa berubah syurga jika dicari dengan cara halal,
disyukuri, ditunaikan kewajiban zakat dan dipakai memperjuangkan agama Allah.
Anak merupakan potensi besar bagi manusia untuk mendapatkan pahala. Mulai dari
pahala mendidik, memberi nafkah, hingga potensi amal jariyah yang pahalanya takkan terputus kematian kita ketika ia
menjadi anak saleh dan mendo’akan kita sebagai buah pendidikan islam yang
diterimanya.
Maka
harta dan anak yang pada awalnya bisa menjadi netral. Namun pada perjalanan
berikutnya, keduanya bisa membawa pemiliknya (yang mengurusinya) itu kedalam
syurga, atau justru akan menyeret keneraka ketika yang mengurusinya itu tidak
pandai mendidiknya.
5. Anak Sebagai Penyejuk Mata (Quratul A’yun)
Anak
itu menjadi dambaan semua orang tua jika ia menjadi anak saleh dan salehah,
senantiasa ruku dan sujud kepada tuhannya, berbakti kepada orang tuanya, selalu
mendo’akan keduanya baik masih hidup atau sudah wafat, senaniasa mengasihi
dirinya dengan akhlak terpuji, yang senantiasa merasa takut pada Rabb-Nya,
memiliki kecintaan membaca Al-Qur’an dan berusaha untuk mengamalkan ajarannya,
merupakan anak penyejuk hati bagi orang tuanya dan juga penyejuk bagi
orang-orang beriman.
Sosok
anak yang seperti inilah yang terdapat dalam do’a-do’a yang senantiasa
dipanjatkan oleh Nabiyullah ibrahim As. Yakni anak yang saleh yang senantiasa
mendirikan shalat, “Ya Tuhanku berikanlah
kepadaku anak-anak yang saleh dan
jadikanlah aku serta keturunanku orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat.”
Allah
SWT telah mengajarkan dalam Al-Qur’an kepada kita agar senantiasa berdo’a
kepadanya, agar diberikan anak yang saleh yang menjadi penghias mata (Qurratul ‘ayun) yang memiliki
kecantikan tidak hanya secara fisik, tetapi juga kecantikan secara non fisik
yang bersumber dari dalam dirinya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
tûïÏ%©!$#ur šcqä9qà)tƒ $oY/u‘ ó=yd $oYs9 ô`ÏB $uZÅ_ºurø—r& $oYÏG»ƒÍh‘èŒur no§è% &úãüôãr&
$oYù=yèô_$#ur šúüÉ)FßJù=Ï9 $·B$tBÎ) ÇÐÍÈ
“dan orang orang yang
berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan
keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74).
Agar
anak tumbuh berkembang menjadi anak yang saleh, menjadi penyejuk hati, enak
dipandaang (qurrqtul ‘ayun), maka
hendaknya ditanamkan kepada mereka dasar-dasar pendidikan keimanan dan
keislaman yang baik, pendidikan ketauhidan sebagai darsar (fondasi) dalam
menjalankan hidupnya didunia.[4]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar