Kamis, 24 November 2016

Pengertian Orang Tua

A.      Pengertian orang tua
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. 
Dan orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sebagai pendidik pertama dan utama, orang tua wajib membantu mengembangkan seluruh potensi jasmani, rohani, maupun akalnya. Pengembangan potensi tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan. Sebagaimana yang dinyatakan dalam surat At-Tahrim [66]: 6 Allah SWT berfirman:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur
$pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ  

 “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.
Berdasarkan ayat tersebut berarti orang tua wajib memelihara dan mendidik anak sejak usia dini. Memeihara dan mendidik anak tentu harus dengan ilmu pengetahuan agar kelakmereka terpelihara dari api neraka.
Pendidik dalam membantu anak menjadi manusia hendaknya mengarahkan integrasi berkembangnya potensi keimanan, daya pikir, dan akhlak mulia. Proses membantu anak dalam mengembangkan seluruh potensi tersebut tentu tidak dapat dipikul sendiri oleh orang tua sebagai pendidik pertama dan utama. Untuk pendidikan lebih lanjut anak dibantu oleh pendidik pendamping pada lembaga pendidikan formal sejak jenjang pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi. Namun pada umumnya dimasyarakat pengertian orang tua adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu ibu dan bapak. Selain melahirkan kita didunia ini, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenelkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat didunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengertioleh anak. Jadi orang tua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada disampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta pada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak yang menjadi temannya dan yang pertama untuk dipercayainya.
Orang tua harus berperan aktif dalam mengarahkan, membimbing dan menstimulasi anak agar ia memiliki tingkat kecerdasan yang lebih baik, dan mencukupi kebutuhan psikologis anak. Dalam hal ini orang tua wajib memberikan bimbingan dan arahan berupa pendidikan yang baik dan bermanfa’at, sehingga anak memiliki mental dan kepribadian yang baik. Jadi sebagai orang tua harus berusaha memberikan rangsangan dan latihan-latihan berharga. Latihan-latihan akan membuatnya merasa nyaman dan percaya diri. Dan ia pun tidakakn merasa minder dan takut.
Orang tua yang bertanggung jawab tentunnya mampu mengenal  setiap  perubahan yang terjadi dalam diri anak-anaknya. ia mengenal sekali setiap karakter dan kebiasaan anak-anaknya setiapharinya. Bila ada yang berbeda pada sikap dan tingkah lakunya, berarti ada sesuatu yang terjadi. Orang tua yang bijak segera tanggap dan tidak membiarkan terjadinya perubahan. Hendaklah orang tua menanyakan apa yang terjadi. Bila kebaikan, maka orang tua harus mengingatkan anaknya untuk bersukur dan mawas diri. Bila keburukan yang terjadi, maka orang tua harus menasihatinya, memberi saran agar tetap tabah dan sabar. Seorang anak yang diperlakukan demikian bijak oleh orang tuanya, akan merasa berbangga karena mempunyai orang tua yang cepat tanggap dan perhatian. Anakpun tidak sungkan-sungkan bertukar pikiran dan meminta saran terhadap permasalahan yang dihadapi.
Orang tua yang tanggap dan peka serta perhatian kepada setiap tingkah laku anak-anaknya, juga menjadikan anak-anaknya lebih terbuka, tidak menutupi diri dan mau berterus terang. Kalau sudah demikian, maka komunikasi yang harmonis antara orang tua dan anak akan terjalin erat. Selanjutnya, orang tua mudah memberikan pendidikan moral dan agama terhadap anak-anaknya.[1]
B.       Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah suatu proses pematangan majemuk (komprehensif) yang berkaitan dengan aspek diferensiasi bentuk atau fungsi termasuk juga perubahan pada aspek sosial dan emosional yang pasti dialami oleh setiap individu. Dalam proses perkembangan anak yang terkait atau berhubungan adalah aspek non fisik seperti kecerdasan, tingkah laku, emosi, pemikiran dan aspek non fisik lain nya.
Dalam ilmu kesehatan anak, perkembangan anak diartikan sebagai semua aspek kemajuan yang dicapai oleh jasad atau tubuh manusia yang dimulai dari semenjak konsepsi atau pembentukan janin, anak kecil hingga usia dewasa. Perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta sistematis didalam diri manusia sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.
Seorang individu mengalami perkembangan sejak masa konsepsi, sertaakan berlangsung selama hidupnya. Maka dengan kata lain dapat kita artikan bahwa sepanjang hidup kita merupakan suatu rangkaian proses yang terus berlanjut, proses tersebut meliputi perkembangan (development), pertumbuhan (growth), serta kematangan (maturation) baik pisik maupun psikis. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanjang siklus kehidupan. Sehingga selama proses bertambahnya usia, maka selama itulah proses perkembangan akan terus berjalan. Adapun ciri-ciri perkembangan secara umum:
1.    Terjadinya perubahan dalam aspek fisik (perubahan berat badan dan organ-organ tubuh), dan aspek psikis (matangnya kemampuan berfikir, mengingat, dan berkreasi).
2.    Terjadinya perubahan dalam proporsi:  aspek fisik (proporsi tubuh anak berubah sesuai dengan fase perkembangannya), dan aspek psikis (perubahan imajinasi dari fantasi kerealitas).
3.    Lenyapnya tanda-tanda yang lain: tanda-tanda fisik (lenyapnya kelenjar thymus, kelenjar anak-anak, bertambahnya usia), aspek psikis (lenyapnya gerak-gerik kanak-kanak dan prilaku impulsif).
4.    Diperolehnya tanda-tanda yang baru: tanda-tanda fisik (pergantian gigi dan karakter seks pada usia remaja), tanda-tanda psikis (berkembangnya rasa ingin tahu tentang pengetahuan, moral, interaksi dengan lawan jenis).[2]
C.      Pengertian Mental
Secara sederhana mental dapat dipahami sebagai sesuatu yang berhubungan dengan batin dan watak atau karakter, tidak bersifat jasmani (badan). Maksudnya adalah sesuatu yang berhubungan dengan pikiran. Mental ialah hal-hal yang berkaitan dengan kejiwaan yang dapat mempengaruhi prilaku individu. Setiap prilaku dan ekspresi gerak-gerik individu merupakan dorongan dan cerminan dari kondisi (suasana) mental.
Pengertian lain “mental” adalah yang berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan. Seperti lupa, malas berfikir, tidak mampu berkonsentrasi, serakah, tidak dapat mengambil suatu keputusan yang baik dan benar. Bahkan tidak mempunyai kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah.
Dari sini dapat ditarik pengertian yang lebih signitif bahwa mental itu terkait dengan, akal (pikiran), jiwa, hati (qalbu), dan etika (moral, serta tingkah laku). Kondisi mental tersebut bisa digolongkan dalam dua bentuk yaitu, kondisi mental yang sehat, dan kondisi mental yang tidak sehat. Kondisi mental yang sehat akan melahirkan pribadi-pribadi normal. Pribadi yang normal ialah bentuk tingkah laku individu yang tidak menyimpang. Dan pribadi yang normal akan menunjukan tingkah laku yang serasi, tepat, dan bisa diterima oleh masyarakat secara umum. Kondisi mental yang tidak sehat ialah adanya tingkah laku seseorang atau individu yang sangat mencolok dan sangat berbeda dengan tingkah laku umum yang ada dilingkungnnya, atau disebut juga dengan prilaku-prilaku menyimpang. Jadi pribadi yang normal dan mental yang sehat ini bisa dirasakan pada kondisi diri kita atau kondisi perasaan kita yang stabil, tidak banyak memendam konflik internal, suasana hati yang tenang, dan kondisi jasmani yang selalu sehat.
Pada dasarnya untuk mengetahui apakah seseorang atau individu sehat mentalnya atau tidak (terganggu mentalnya) tidaklah mudah diukur dan diperiksa dengan alat-alat seperti halnya pada penyakit jasmani, akan tetapi yang menjadi ukuran adalah merasakan diri kita sejauh mana kondisi perasaan kita apakah sudah melampaui batas kewajaran atau rasa bersedih, kecewa, pesimis, dan lain sebagainya. Dan seseorang atau individu yang terganggu kesehatan menttalnya, bisa dilihat pada tindakannya, tingkah lakunya atau ekspresi perasaanya. Mental yang sehat itulah yang menentukan tanggapan atas dirinya terhadap setiap persoalan, dan kemampuan untuk beradaptasi, dan mental yang sehat pulalah yang menentukan apakah seseorang atau individu memiliki gairah untuk hidup atau justru mereka pasif dan tidak bersemangat bahkan memiliki ketakutan untuk hidup.
Dengan demikian mental ialah hal-hal yang berada dalam diri seseorang atau individu yang terkait dengan psikis atau kejiwaan yang dapat mendorong terjadinya tingkah laku danmembentuk kepribadian, begitu juga sebaliknya mental yang sehat akan melahirkan tingkah laku maupun kepribadian yang sehat pula.[3]   
D.      Pengertian Anak
Anak adalah anugrah terindah sekaligus amanah yang Allah berikan kepada setiap orang tua. Sebagai anugrah, orang tua hendaknya memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak-anaknya, agar mereka tumbuh menjadi anak yang sehat, baik jasmani dan rohani, dan berakhlaqul karimah serta memiliki intelegensi yang tinggi.
Sedangkan sebagai amanah, maka anak mesti dirawat dan dijaga serta dididik agar tidak terjerumus dalam lubang nestapa, jurang kehinaan, dan bahkan tidak terjerumus pada api neraka. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam firman-Nya:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw ö/ä3Îgù=è? öNä3ä9ºuqøBr& Iwur öNà2ß»s9÷rr& `tã ̍ò2ÏŒ «!$# 4
`tBur ö@yèøÿtƒ y7Ï9ºsŒ y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbrçŽÅ£»yø9$# ÇÒÈ  

 “Hai orang-orang yang beriman, jagalah hartamu dan anak-anakmu agar tidak melalaikan kamu dari mengingat Allah, siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang yang merugi.” (QS. Al-Munafiqun: 9)
Selain sebagai anugrah dan amanah, Al-Qur’an telah mengklasifikasi kedudukan anak menjadi beberapa kategori, antara lain:
1.    Anak Sebagai Rahmat
Rahmat artinya kasih sayang. Salah satu rahmat Allah yang diberikan kepada orang tua adalah ia dikaruniai anak. Anak yang saleh salehah itu merupakan rahmat Allah dan anugrah yang tak terkira, yang nilainya tidak akan tergantikan oleh apapun. Semua orang mendambakan anak yang saleh ini, karena hanya dari anak yang saleh inilah yang akan mengangkat derajat kedua orang tuanya, hingga mencapai derajat yang tinggi disisi Allah SWT.
Allah SWT, berfirman dalam Al-Qur’an:
 uqèd Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur Ÿ@yèy_ur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry z`ä3ó¡uŠÏ9 $pköŽs9Î) ( $£Jn=sù
 $yg8¤±tós? ôMn=yJym ¸xôJym $ZÿÏÿyz ôN§yJsù ¾ÏmÎ/ ( !$£Jn=sù Mn=s)øOr& #uqt㨊 ©!$# $yJßg­/u
 ÷ûÈõs9 $oYtGøŠs?#uä $[sÎ=»|¹ ¨ûsðqä3uZ©9 z`ÏB šúï̍Å3»¤±9$# ÇÊÑÒÈ  

  “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan istrinya, agar Dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah Dia merasa ringan (Beberapa waktu). kemudian tatkala Dia merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi Kami anak yang saleh, tentulah Kami termasuk orang-orang yang bersyukur". (QS. Al-A’raf: 189).
Allah yang telah menganugrahkan akan anak merupakan rahmat yang diberikan-Nya, merupakan suatu nikmat dan rezeki bagi orang tuanya. Karena kedatangan anak ditengah keluarga dapat menambah kebahagiaan keluarga dan menambah rezeki bagi orang tuanya. Sebagai bentuk syukur atas kelahiran anak, maka dalam islam dianjurkan untuk menyembelih aqiqah, bagi anak laki-laki dua ekor kambing (domba) sedangkan bagi anak perempuan satu ekor domba, kemudian mencukur rambut danmemberikan nama dengan nama yang baik.
Hal ini sebagaimana disabdakan dalam hadits Nabi Muhammad SAW; yang artinya “Anak yang baru lahir menjadi rungguhan sampai disembelihkan baginya aqiqah pada hari ketujuh dari lahirnya, dan diberi nama (yang baik)” (HR. Ahmad dan Tirmidzi). “bagi anak laki-laki dua ekor kambing yang mencukupi (yang sama umurnya dan sama bentuknya), dan bagi anak perempuan satu ekor kambing.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi dari Aisyah).
2.        Anak Sebagai Amanah
Selain menjadi rahmat dan anugrah yang tidak ternilai bagi keluarga, anak juga merupakan amanah. Sebagai amanah berarti anak merupakan titipan dari Allah yang haru dijaga, karena pada saatnya nanti anak yang diamanahkan itu akan dimintai pertanggung jawabannya dihadapan Allah SWT.
Anak merupakan amanah yang Allah titipkan kepada kita. Maka jaga, bimbing, didik dan prliharalah agar ia menjadi anak yang saleh yang selalu mendo’akan kedua orang tuanya. Dan menjadi anak yang selalu sujud dan ruku kepada Allah sebagai penciptanya.maka dengan demikian, karena anak sebagai amanah yang Allah titipkan kepada kita, maka sebagai orang tua wajib memelihara anaknya agar tidak terjerumus pada jalan yang dimurkai Allah SWT.
3.        Anak Sebagai Musuh
Anak dapat menjadi musuh bagi orang tuanya, hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Aallah SWT, dalam Al-Qur’an:
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä žcÎ) ô`ÏB öNä3Å_ºurør& öNà2Ï»s9÷rr&ur #xrßtã öNà6©9
 öNèdrâx÷n$$sù 4 bÎ)ur (#qàÿ÷ès? (#qßsxÿóÁs?ur (#rãÏÿøós?ur  cÎ*sù ©!$# Öqàÿxî íOÏm§ ÇÊÍÈ  

 “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu mema’afkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. At-Taghabun: 14).
Berdasarkan pada ayat diatas, maka orang tua (ayah dan ibu) dituntut untuk lebih berhati-hati dan waspada terhadap anaknya sendiri, karena sebagian anak juga dapat menjadi musuh orang tua. Ayat diatas memang tidak menyebutkan semua anak, tetapi sebagian dari anak. Artinya, dituntut peran ekstra orang tua, terutama seorang anak agar anaknya tidak menjadi seorang musuh yang menghalanginya dari menjalankan tugasnya kepada Allah baik untuk beribadah maupun tugas kemasyarakatan didunia. Jika orang tua salah dalam membimbingdan mendidik anak-anaknya, maka anak tersebut (bisa saja) dapat menjadi musuh bagi orang tuanya sendiri yang akan menghalanginya dari beribadah kepada Allah SWT.
4.        Anak Sebagai Perhiasan
Sebagai anugrah yang tak terkira, anak merupakan sebuah amanah dan sekaligus sebagai perhiasan bagi kedua orang tuanya. Telah dijelaskan dalam Al-Qur’an:
ãA$yJø9$# tbqãZt6ø9$#ur èpuZƒÎ Ío4quŠysø9$# $u÷R9$# ( àM»uŠÉ)»t7ø9$#ur àM»ysÎ=»¢Á9$# îŽöyz yZÏã y7În/u
 $\/#uqrO îŽöyzur WxtBr& ÇÍÏÈ  

 “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi: 46)
Demikian halnya dengan anak. Anak-anak juga merupakan perhiasan dunia. Seperti halnya harta, disatu sisi ia bisa berubah syurga jika dicari dengan cara halal, disyukuri, ditunaikan kewajiban zakat dan dipakai memperjuangkan agama Allah. Anak merupakan potensi besar bagi manusia untuk mendapatkan pahala. Mulai dari pahala mendidik, memberi nafkah, hingga potensi amal jariyah yang pahalanya takkan terputus kematian kita ketika ia menjadi anak saleh dan mendo’akan kita sebagai buah pendidikan islam yang diterimanya.
Maka harta dan anak yang pada awalnya bisa menjadi netral. Namun pada perjalanan berikutnya, keduanya bisa membawa pemiliknya (yang mengurusinya) itu kedalam syurga, atau justru akan menyeret keneraka ketika yang mengurusinya itu tidak pandai mendidiknya.
5.    Anak Sebagai Penyejuk Mata (Quratul A’yun) 
Anak itu menjadi dambaan semua orang tua jika ia menjadi anak saleh dan salehah, senantiasa ruku dan sujud kepada tuhannya, berbakti kepada orang tuanya, selalu mendo’akan keduanya baik masih hidup atau sudah wafat, senaniasa mengasihi dirinya dengan akhlak terpuji, yang senantiasa merasa takut pada Rabb-Nya, memiliki kecintaan membaca Al-Qur’an dan berusaha untuk mengamalkan ajarannya, merupakan anak penyejuk hati bagi orang tuanya dan juga penyejuk bagi orang-orang beriman.
Sosok anak yang seperti inilah yang terdapat dalam do’a-do’a yang senantiasa dipanjatkan oleh Nabiyullah ibrahim As. Yakni anak yang saleh yang senantiasa mendirikan shalat, “Ya Tuhanku berikanlah kepadaku anak-anak yang saleh dan  jadikanlah aku serta keturunanku orang-orang yang senantiasa  mendirikan shalat.”
Allah SWT telah mengajarkan dalam Al-Qur’an kepada kita agar senantiasa berdo’a kepadanya, agar diberikan anak yang saleh yang menjadi penghias mata (Qurratul ‘ayun) yang memiliki kecantikan tidak hanya secara fisik, tetapi juga kecantikan secara non fisik yang bersumber dari dalam dirinya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
tûïÏ%©!$#ur šcqä9qà)tƒ $oY­/u ó=yd $oYs9 ô`ÏB $uZÅ_ºurør& $oYÏG»­ƒÍhèŒur no§è% &úãüôãr&
 $oYù=yèô_$#ur šúüÉ)­FßJù=Ï9 $·B$tBÎ) ÇÐÍÈ
“dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74).
Agar anak tumbuh berkembang menjadi anak yang saleh, menjadi penyejuk hati, enak dipandaang (qurrqtul ‘ayun), maka hendaknya ditanamkan kepada mereka dasar-dasar pendidikan keimanan dan keislaman yang baik, pendidikan ketauhidan sebagai darsar (fondasi) dalam menjalankan hidupnya didunia.[4]



[1] M. Khalillurrahman Al-Mahfani, Wanita Idaman Surga, (Jakarta: Wahyu Media, 2016) h. 220
[2] http://Definisimu.blogspot.com. Pengrtian Perkembangan Anak. Diakses pada tanggal 30/10/2016
[3] http://Hakamabbas.blogspot.com. Pengertian Mental Anak. Diakses pada tanggal 30/10/2016
[4] Amirulloh Syarbini, Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat, (Jakarta: Gramedia, 2014) h. 1-18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar