A.
Pengertian Sedekah
Sedekah adalah
apa yang kamu sedekahkan kepada orang fapir karena Allah. Kata sedekah berasal
dari bahasa Arab, yaitu shadaqah yang berarti suatu pemberian yang diberikan
oleh seorang Muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa
dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pembrian yang diberikan
oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridha Allah dan pahala semata.
Sedakah dalam pengertian di atas oleh para
ahli fikih disebut shadaqah at-tatawwu’ (sedekah secara sepontan dan
sukarela).
Di dalam
Al-Qur’an banyak sekali Ayat yang menganjurkan kaum Muslimin untuk senantiasa
memberikan sedekah. Diantaranya yaitu:
لا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ
مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاحٍ بَيْنَ
النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ
أَجْرًا عَظِيمًا (١١٤)
”tidak ada kebaikan
pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karna
mencari keridhaan Allah, maka kelak kami akan memberi kepadanya pahala yang
besar. “ (An-nisa’:
114). Hadits yang menganjurkan sedekah juga tidak sedikit jumlahnya.
Para ahli fikih
sepakat bahwa hukum sedekah pada dasarnya adalah sunnah, berpahala bila dilakukan
dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Di samping sunnah, ada kalanya hukum
sedekah menjadi haram, yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui
pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta
sedekah untuk kemaksiatan. Ada kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi
wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan
hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan
yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib
jika seseoerang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga. [1]
Sedekah seringkali
kita anggap dalam bahasa sederhananya sebagai memberikan sesuatu yang kita
punya kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan apapun dan biasanya sedekah
berasal dari kelebihan harta yang kita miliki. Belakangan ini semarak sedekah
mulai bergema kuat di tanah air, menyusul munculnya ustadz Yusuf Mansur sebagai
ustadz.
Yang diidentikan dengan sedekah. Bukan
hanya dari sisi agamanya, namun juga para
pembisnis di era modern ini, tak kalah hebatnya dalam mempropagandakan sedekah.
Bahkan, orang-orang sukses yang tergolong non-muslim sekalipun. Hanya dengan
bahasa lain, mereka menyebutnya sebagai “the power of giving”, berbagii,
memberi, dan sebagainya. Bahkan, sering kali berbagi kepada orang lain,
disebut-sebut sebagai salah satu kunci sukses. Dan, luar biasanya hal ini
dijalankan oleh orang-orang yang secara prinsip jauh dari Islam.
Bukankah ini
sebuah fenomena yang menarik? Artinya,
tentu sangat menggembirakan. Sedekah dapat diterima secara umum dalam berbagai
cara pandang hidup. [2]
Perbedaan Antara Zakat, Infak, dan Sedekah
Zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu
yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk
dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan
tertentu pula. Setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci,
bersih, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang.
Infak berarti mengeluarkan
sebagian dari harta, pendapatan atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan ajaran islam. Jika zakat nisabnya, infak tidak mengenal nisab.
Jika zakat harus diberikan kepada mustahik tertentu (8 golongan yang berhak
menerima) maka infak boleh diberikan kepada siapa punjuga, misalnya untuk kedua
orang tua, anak yatim, dan sebagainya. Ditambah lagi, infak dikeluarkan oleh
setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, baik
di saat lapang maupun sempit.
Pengertian
sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan
ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, sedekah
memiliki arti yang lebih luas, menyangkut hal yang bersipat non materi. Hal ini
sebagaimana hadits riwayat Muslim yang menyatakan bahwa jika tidak mampu
bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, takbir, tahmid, tahlil,
berhubungan suami-istri, dan melakukan amar makruf nahi mungkar adalah sedekah.
Seringkali
kata-kata sedekah dipergunakan dalam Al-Qur’an, tetapi maksud sesengguhnya
adalah zakat. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ
لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ
وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاِبْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً
مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (٦٠)
“Sesungguhnya zakat-zakatitu, hanyalah
untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf
yang dibujuk hatinya untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai
sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Mengetahui lahi Maha
Bijaksana.” (At-Taubah: 60).
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ
صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ
لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (١٠٣)
Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesengguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketentuan jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (At-Taubah: 103).[3]
B.
Manfaat Sedekah
Sedekah ialah
mengeluarkan harta demi mendekatkan diri kepada Allah. Sedekah merupakan
benteng sekaligus penolak bala’ dan keburukan yang besar. Sedekah juga menolak
kematian yang buruk (su’ul khatimah). Sedekah memiliki manfaat dan keutamaan
yang sangat banyak. Di antara manfaat sedekah bagi individu ialah sebagai
berikut.
1.
Mendahulukan apa yang dicintai Allah atas kecintaan pada harta.
2.
Sebagai bukti keimanan.
3.
Menumbuhkan akhlak yang baik dan amalutama yang saleh.
4.
Melemahkan rasa iri, dengki, dan marah.
5.
Sebagai obat. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Obatilah orang
sakit di antara kalian dengan sedekah.”
6.
Menyifati diri dengan sifat mulia.
7.
Menjadi sebab tertolaknya bala’ dan tertolaknya segala penyakit.
8.
Sebagai latihan berkorban dan berdema.
9.
Sebagai sebab untuk meraih kecintaan. Sebab, hati akan mencintai
siapa saja yang
berbuat baik kepadanya.
10.
Sebagai sarana meraih keberuntungan. Allah berfirman:
فَاتَّقُوا اللَّهَ
مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لأنْفُسِكُمْ وَمَنْ
يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٦)
“Dan barang siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya maka mereka adalah orang-orang yang neruntung.”
(At-Taghabun: 16).
11.
Menolak kematian yang buruk. Dalam hadist disebutkan:
“Sesungguhnya
sedekah itu memadamkan murka Rabb dan menolak kematian yang buruk.”
12.
Berada dalam naungan Allah pada hari kiamat.
13.
Memperoleh kedekatan dari rahmat Allah. Allah berfirman:
وَلا تُفْسِدُوا
فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ
قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (٥٦)
“Sesungguhnya rahmat Allah itu
dekat dengan orang-orang yang berbuat baik. “(Al-A’raf: 56).
14.
Dijanjikan mendapat bantinya. Ini berdasarkan hadist:
“Ya
Allah berilah ganti kepada orang yang berinfak....”
15.
Allah akan melipatgandakan pahala amal orang yang bersedekah yaitu,
satu kebaikan dilipatkan sepuluh sehingga 700 kali lipat sesuai kehendak Allah.
إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ
وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ
أَجْرٌ كَرِيمٌ (١٨)
“Sesungguhnya orang-orang yang
bersedekah, baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (ganjarannya) kepada
mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (At-Hadid: 18)
Adapun di antara manfaat sedekah yang kembali kepada masyarakat
ialah sebagai berikut.
1.
Sedekah adalah solusi bagi permasalahan kemiskinan. Yaitu dengan
mengumpulkan dan menyalurkan sedekah kepada orang-orang yang memerlukan.
2.
Menghilangkan timbulnya sikap dendam dari orang-orang pakir.
3.
Menghindarkan munculnya sikap dengki orang-orang pakir terhadap
orang-orang kaya.
4.
Menjahukan masyarakat dari sifat kikir. Sebab, kebutuhan dan
penderitaan dapat membawa orang pakir menempuh jalan yang tidak benar untuk
mendapatkan harta. Nabi juga melarang kita berbuat kikir.
“ jahuilah sikap
kikir, itulah yang mencelakakan kaum sebelum kalian.” (HR Muslim).
5.
Menghindarkan kecemburuan sosial. Nabi menjelaskan bahwa umat
terdahulu telah menempuhkan darah dan menghalangkan yang haram karena kepikiran
orang-orang kaya diantara mereka kepada orang-orang pakir. Jadi, sedekah itu
mencegah kriminalitas, perampasan, dan dendam. Nabi telah memperingatkan bahaya
perilaku orang fakir, beliau bersabda,”sesungguhnya, ketika seseorang
berutang, jika berbicar ia dusta dan jika berjanji ia menyelisihi.” (HR
Bukhari dan Muslim).[4]
C.
Keutamaan-keutamaan Sedekah
Harta benda kita adalah
milik Allah. Dia mengamanahkannya kepada manusia untuk menguji mereka: dari
mana mendapatkannya dan bagai mana
membelanjakannya. Nash-nash ialah menujukkan bahwa keutamaan dan pengaruh
sedekah sanagat banyak sekali. Diantara keutamaan tersebut adalah sebagai
berikut.
1.
Sedekah adalah perintah
Bersedekah dengan uang atau perbuatan adalah perintah Allah kepada
kita semua. Hal ini dapat kita lihat dari dalili-dalil berikut ini. Allah
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا
رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خُلَّةٌ وَلا
شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ (٢٥٤)
” Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah)
sebagian rezeki yang telah berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari
itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan
tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.”(Al-Baqarah:254)
إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى
مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ
وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ
فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَى
وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الأرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا
الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا وَمَا تُقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ مِنْ
خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا وَاسْتَغْفِرُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٢٠)
“...dan berikanlah pinjaman kepada
Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu
niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling
baik dan paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.”(Al-M uzzammil: 20).
Dalil tersebut memerintahkan setiap Muslim agar bersedekah, di
samping menegaskan pula akan pentingnya sedekah dalam Islam.
2.
Allah menyuburkan sedekah
Harta yang disedekahi
akan menjadi subur dan berkembang. Tidak sebagaimana harta riba yang akan
musnah dari tangan pemiliknya, hilang berkahnya, dan menyebabkan masuk neraka.
Allah berfirman:
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ
كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ (٢٧٦)
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan
sedekah.” (Al-Baqarah: 276)
Rasulullah
bersabda, “Barang siapa bersedekah
senilai satu biji kurma yang berasal dari mata pencaharian yang baik, dan Allah
tidak akan menerima kecuali yang baik, maka sesungguhnya Allah akan menerimanya
dengan tangan kanan-Nya, kemudian dipelihara untuk pemiliknya sebagaimana
seseorang di antara kalian memelihara anak kuda, sehingga sedekah itu menjadi
besar seperti gunung.” (HR Bukhari).
Nabi juga bersabda,
“sesungguhnya, Allah akan mengembangkan sedekah kurma atau sepotong makanan
dari seorang di antara kalian, sebagaimana seorang di antara kalian memelihara
anak kuda atau untanya, sehingga sedekah tersebut menjadi besar seperti bukit
Uhud.” (HR Ahmad).
3.
Memberi lebih baik daipada menerima
Tangan di atas
lebih baik daripada tangan di bawah, demikian islam mengajarkan. Sudah
selayaknya seorang Muslim berusaha untuk bisa memberi orang lain daripada
menerima, apalagi meminta-minta. Bisa jadi sesuatu yang tidak bernilai di mata
kita, sangat bernilai di mata orang lain. Bisa jadi nasi sisa yang ingin kita
buang sangat berarti bagi janda tua yang hidup sendiri tanpa ada anak atau
kerabat yang menanggung hidupnya. Karenanya,’ program untuk memberi sesama’
harus selalu kita aktifkan di dalam diri kita. Rasulullah bersabda, “Tangan
di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Tangan di atas adalah yang
memberi, dan tangan di bawah adalah yang menerima,” (HR Muslim).
Sedekah adalah yang
utama. Bahkan ketika amal manusia saling membanggakan diri, sedekah akan
berkata, “Aku adalah amal kalian yang utama. Ini sebagaimana perkataan umar bin
Khathab, “sesungguhnya, amal-amal itu saling membanggakan diri, maka sedekah
pun berkata, Aku adalah amal kalian yang utama. “(HR Ibnu Kh uzaimah dan
Al-Hakim)
4.
Sedekah adalah Obat.
Sakit adalah ujian
obat orang beriman. “Jika Allah menghendaki kebaikan pada seseorang,” Kata
Rasulullah dalam Shahih Bukhari, “maka dia akan memberinya ujian.
“kebaikan tersebut lahir dari sikap sabar dalam jiwa, tabah menghadapi musibah,
dan menerima ketentuan Allah. Orang yang sakit bukanlah orang yang hina
dihadapan Allah . bahkan sakit merupakan bentuk penghormatan dan kedekatan
Allah kepadanya.
Islam banyak
memberikan kabar gembira bagi orang yang sakit. Di antaranya bahwa sakit dapat
menghapus dosa. Sarana kembali kepada Allah, jalan masuk surga, dan sebagainya.
Di samping itu, islam juga menganjurkan agar orang yang sakit berusaha untuk
mengobati penyakitnya. Dan salah satu caranya ialah berobat sengan sedekah.
Rasulullah bersabda, “Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan
sedekah. “(HR Baihaqi).
Hadits di atas menujukan bahwa sedekah
adalah salah satu sarana untuk mendapatkan kesembuhan. Banyak hal nyata dalam
hal ini. Di antaranya kisah yang terdapat dalam buku Hada’iqul Ma’ruf. Kisah
tersebut saya sarikan secara bebas berikut ini.
Sudah setahun lebih laki-laki tersebut
sakit. Selama itu pula, istri dan anaknya yang berusia 14 tahun selalu
mengujunginya. Keduanya memandangi sang bapak dengan penuh rasa iba dan belas
kasih.
Mereka senantiasa menggantikan pakaian,
mengawasi keadaan, dan menanyakan kepada dokter tentang perkembangan dirinya.
Namun, ia tak mengalami perkembangan apa-apa. Kondisinya tetap seperti semula.
Ia tetap koma. Mereka hanya berharap kesembuhan kepada Allah.
Meskipun keadaannya tetap separti itu,
istri yang sabar dan anak yang mendekati balig itu tak pernah meninggalkan
ruangan tersebut sebelum berdoa, kepada Allah untuk kesembuhannya. Usai berdoa,
keduanya baru meninggalkan rumah sakit, dan pada sore harinya keduanya kembali
lagi untuk menjenguknya. Demikianlah yang selalu mereka kerjakan. Mereka tetap
sabar, dan tak pernah bosan.
Melihat hal itu, para pasien, perawat,
dan dokter merasa heran terhadap dan
anak tersebut yang terus-menerus menjenguk bapaknya yang dalam keadaan koma.
Sungguh menakjubkan, ibu dan anak tersebut bisa istiqamah menjenguk laki-laki
tersebut dua kali sehari tanpa pernah absen sekali pun. Padahal, si lelaki yang
yang berselimut itu tak mengetahui apa pun yang terjadi di sekitarnya.
Para dokter dan perawat yang ada
menjelaskan kepada wanita tersebut bahwa tak ada manfaat menjenguk suaminya.
Mereka menaruh ibah kepadanya, dan menganjurkan agar menjenguknya sekali saja
dalam sepekan.
Akan tetapi, wanita yang sangat
penyayang itu hanya menjawab, “Allahul Musta’an, Allahul Musta’an,” Hanya
Allah Zat yang diminta pertolongan. Hanya Allah Zat yang diminta pertolongan.”
Pada suatu hari, sesaat sebelum istri
dan si anak menjenguk lelaki tersebut, terjadi peristiwa menakjubkan dan
menyentuh hati. Lelaki yang sedang sakit itu mulai bergerak-gerak di atas
ranjangnya, dan membolak-balikan badannya ke kanan dan kiri.
Tak berapa lama kemudian, laki-laki itu
membuka kedua matanya dan melepas alat bantu oksigen dari dirinya, serta
meluruskan posisi duduknya. Ia kemudian meminta perawat yang sedang berdiri
keheranan agar melepas seluruh alat bantu medis. Akan tetapi, perawat tersebut
menolaknya dan memanggil dokter yang juga dalam keadaan sangat bingung.
Dokterpun segera melakukan pemeriksaan
terhadap laki-laki itu. Ia mendapati bahwa kondisinya telah sehat dan sangat perima.
Akhirnya, ia pun meminta agar seluruh alat-alat medis dilepas dan bekas-bekas
alat yang ada di tubuhnya dibersihkan
Ternyata, harapan yang diikrarkan oleh
istri yang iklas tersebut terkabulkan. Melihat keajaiban tersebut, si istri dan
anaknya tadi segera masuk menemui laki-laki yang mereka sayangi.
Akhirnya, sang dokter tidak mampu
menahan kesabarannya untukmengetahui rahasia dibalik keajaiban tersebut.
Dokterpun bertanya kepada wanita tersebut. Dokter pun bertanya kepada wanita tersebut, “Apakah
sebelumnya anda sangat yakin, jika anda bisa memberikan manfaat kepadanya pada
sesuatu hari nanti sehingga keadaannya bisa seperti ini?”
5.
Menghapus dosa dan kesalahan
Tak ada manusia yang tak pernah berbuat salah. Meskipun ia sudah
menghindarinya, namun khilaf itu akan selalu ada. Terkadang tanpa sadar lisan
kita menyakiti hati orang lain. Terkadang sikap yang kiat anggap biasa membuat
orang terbakar emosinya. Itulah sebab mengapa kita harus berlapang dada. Itulah
sebab mengapa kita harus banyak beristigfar. Itulah sebab mengapa kita harus
banyak minta maaf kepada sesama.
Salah satunya cara untuk menghapuskan
kesalahan ialah dengan bersedekah. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Bersedekahlah
kalian, meski hanya dengan sebiji kurma. Sebab, sedekah dapat memenuhi
kebutuhan orang yang kelaparan, dan memadamkan kesalahan, sebagaimana air mampu
memadamkan api. “(HR Tarmidzi).
Beliau Saw juga pernah memberikan
nasihat kepada para pedagang s=agar bersedekahkarena dosa dan setan menghadiri
jual-beli mereka, “Wahai sekalian pedagang, seseungguhnya setan dan dosa
menghadiri jual-beli kalian, maka sertailah jual beli kalian dengan sedekah,
“(HR Tirmdzi)
6.
Penghalang dari neraka
Aku, kata Aisyah, pernah didatangi
seorang wanita miskin yang membawa dua anak perempuannya. Aku kemudian
memberikannya kepadanya tiga butir kurma. Maka, ia pun memberikan kepada
masing-masing anaknya satu kurma. Ia sendiri mengambil satu butir kurma untuk
dimakannya. Tetapi, kurma tersebut diminta kembali oleh kedua anaknya. Maka, ia
membelah kurma yang hendak dimakannya itu menjadi dua. Aku sempat dikejutkan
oleh sikapnya itu. Kejadian itu kemudian aku ceritakan kepada Rasulullah Saw,
maka beliau bersabda, “Sesungguhnya, Allah telah menetapkan surga baginya
karena tindakannya itu, atau Dia bebaskan dirinya dari api neraka. “(HR
Muslim).
Subhanallah. Karena memberikan sebutir kurma yang hendak dimakan kepada
anaknya, wanita tersebut berhak mendapatkan surga dan terbebas dari api neraka.
Tetapi, banyak juga hal yang bisa menyelamatkan dari korban apinya. Salah
satunya ialah dengan bersedekah, meskipun dengan separuh butir kurma.
Sasulullah bersabda, “Buatlah penghalang dirimu dan api neraka walaupun
hanya dengan separuh butir kurma.” (HR Ath-Thabrani).
7.
Bukti keimanan
Iman itu tempatnya di hati dan menuntut
adanya bukti. Bukti keimanan ialah dengan mengamalkan apa yang diyakini. Dan
salah satu bukti tersebut adalah dengan bersedekah. Rasulullah bersabda, “Sedekah
adalah bukti.” (HR Muslim).
Sedekah, kata iman Nawawi dalam Syarah
Shahih Muslim, adalah bukti keimanan pelakunya. Sesungguhnya, orang
munafik menolak keberadaan sedekah karena ia tidak menyakininya. Barang siapa
yang bersabda, maka hal itu menujukan kebernaran imannya.
8.
Mendapatkan naungan di makhsyar
Keadaan satu alam dengan alam yang satunya sungguh berbeda. Ketika
seseorang berada di alam kandungan, kondisinya bergantung dengan keadaan
ibunya. Saat sang ibu makan ia ikut kenyang, dan saat sang ibu kelelahan, ia
tetap merasa nyaman.
Begitu lahir, ia meninggalkan
kenyamanan yang telah dinikmatinya kurang lebig 9 bulan 10 hari. Ia lahir tanpa
membawa segala fasilitas yang digunakan selama masa kandungnya. Di dunia ia
berjuang untuk melakukan segala ujian sampai datangnya kematian. Setelah itu,
ia melanjutkan perjalanannya ke alam kubur hanya berbelang amal dan menunggu
dibangkitkan setra dikumpulkan di makhsyar. Saat di makhsyar itulah, sedekah
akan menjadi naungan bagi pelakunya. Rasulullah bersabda, “setiap orang akan
berada di bawah naungan sedekahnya, hingga diputuskannya perkara-perkara di
antara manusia.” (HR Ahmad). Dalam hadts lain, beliau Saw juga bersabda,
“Naungan seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnaya.”(HR Ibnu
Khuzaimah).
9.
Pintu kebaikan
Sedekah adalah pintu kebaikan yang bisa
dimasuki oleh semua orang. Bahkan seseorang tak akan sampai pada pintu tersebut
sehingga ia menginfakan apa yang ia cintai. Hal ini tercermin dalam kish
berikut ini.
Abu Thalhah adalah seorang shahabat
Nabi dari kalangan Anshar yang paling banyak memiliki pohin kurma. Harta yang
paling ia cinta adalah Bairuha’ (nama kebunpohon kurmanya(. Kebun
tersebut berada di depan masjid. Rasulullah pernah masuk ke dalamnya dan minum
air bersih di dalamnya.
Anas menuturkan, “Ketika surat
Ali-Imran ayat 92 ini turun, “Kamu sekali-kali turu sampai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu menfkahkan sebagaian harta yang kamu cintai. Dan
apa saja yang kamu nafkahkan sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Ali-Imran:
92)
Abu Thalhah mendatangi Rasulullah Saw
dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah berfirman:
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا
مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ (٩٢)
“kamu
sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebagai harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan,
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Ali-Imran: 92), maka harta yang
kamu cintai, yakni Bairuha’ menjadi sedekah untuk Allah.
Aku berkata ia akan menjadi kebaikan
dan simpanan bagiku ai sisi Allah, dan tempatkanlah di mana Allah menujukkan
kepadamu.’ Maka, Rasulullsh bersabda,’ Bagus! itulah harta yang
menguntungkan! itulah harta yang menguntungkan! Aku telah mendengar
kata-katamu, dan aku berpendapat hendaknya kamu berikan kepada sanak
keluargamu!’ Abu Thalhah berkata,’ Aku akan melaksanakannya, wahai
Rasulullah Saw.’ Maka Abu Thalhah pun membagikan sedekah tersebut kepada keluarga
dan sanak saudaranya.” Demikianlah kisah yang terdapat dalam hadist riwayat Al-
Bukhari.
10. Pahala tidak
henti
Kematian yang datangnya pasti,
tiba-tiba, dan gaib akan menghentikan seluruh aktivitas manusia. Amalnya
berhenti seiring dengan berhentinya nafas. Namun ada pahala amalan dan kebaikan
yang tidak berhenti karena tibanya ajal. Di antara amal yang pahalanya mengalir
tiada henti setelah mati adalah sedekah pada saat sehat dan hidup di dunia.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah, “pahala
dan amal kebaikan yang bakal menghampiri seorang mukmin sepeninggalannya ialah
ilmu yang ia amalkan dan sebarkan, anak saleh yang tinggalkan, mushaf yang ia
tinggalkan , masjid yang ia bangun, rumah untuk orang yang dalam perjalananyang
ia bangun, sungai yang ia alirkan, atau sedekah yang ia keluarkan dari hartanya
di kala sehat dan hidupnya, maka ia akan menghampirinya sepeninggalanya.”
(HR Ibnu Majah).
Semoga kita termasuk orang yang selalu
memperbanyak amal jariyah, yaitu amal yang pahalanya tetap mengalir setelah
mati.
11. Allah pasti
mengganti
Pada hakikatnya, harta yang kita sedekahkan itulah yang akan
menjadi milik kita kelak di akhirat. Dalam hadits riwayat Tirmidzi dikisahkan
bahwa ketika orang-orang menyembelih seekor kambing untuk disedekahkan, Nabi
Saw bertanya, “bagai mana yang masih
tersisa?” Aisyah menjawab, “Tidak ada yang tersisa kecuali baunya,” Maka,
beliau mesabda, “Semuanya utuh kecuali baunya.”
Benar, harta yang kita sedekahkan tidak
akan berkurang, ia akan bertambah barakahnya dan berlipat ganda pahalanya.
Rasulullah bersabda, “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta.” (HR
Muslim).
Jika seseorang menginfakan hartanya,
maka Allah menggantinya, Rasulullah bersabda, “Berinfaklah wahai anak Adam,
niscaya aku akan memberi infak kepadamu.” (HR Bukhari).
Dalam hadits yang lain, Rasulullah
bersabda, “Tiada hari yang dilewati oleh semua hamba kecuali pada pagi harinya
ada dua malaikat terun,. Kemudian salah satu dari malaikat tersebut berkata,
“Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak,” sedangkan malaikat yang
satunya lagi berucap,” Ya Allah binasakanlah harta orang yang kikir.” (HR
Bukhari dan Muslim).
12. Tidak mesti
dengan materi
Setiap Muslim, kata Rasulullah dalam hadits riwayat Al-Bukhari,
wajib bersedekah. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau ia
tidak mempunyai apa-apa?”
Nabi menjawab, Hendaknya ia bekerja
dengan tangannya, mengambil sebagian untuk dirinya, dan bersedekahlah dirinya.”
Para sahabat bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu atau tidak
melakukannya?”
Nabi menjawab, “Hendaklah ia
membantu orang teraniaya yang membutuhkan pertolongan,”
Para sahabat bertanya, “jika ia
tidak melakukannya?”
Nabi menjawab, “hendaklah ia memerintahkan yang makruf.”
Mereka
bertanya, “jika ia tidak dapat melakukannya?”
Beliau menjawab, “Hendaklah ia
menjauhkan diri dari kejelekan karena yang demikian juga merupakan sedekah.”
Dalam hadits yang lain, Rasulullah juga
menjelaskan bahwa sedekah tidak mesti dengan materi. Beliau bersbda, “setiap
persendian manusia mempunyai kewajiban bersedekah pada setiap hari ketika
matahai terbit. Engkau berlaku adil antara dua orang adalah sedekah, engkau
membantu seseorang dengan cara mengangkatnyanaik keatas kendaraannya atau
engkau angkatkan barang-barang ke atas kendaraan adalah sedekah. Kata-kata yang
baik adalah sedekah, setiap langkah menuju shalat adalah sedekah, dan
menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah.” (HR B ukhari).
Jika demikian, berarti sedekah memiliki
beragam cara dan tidak mesti dengan harta. Tidak mesti dengan uang, tapi juga
bisa dengan berlaku adil di antara dua orang.[5]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar